Yayasan Guru Belajar, Tantangan Baru 2022

Bila 2020 adalah tahun ujian, maka 2021 adalah tahun awal kebangkitan bagi Yayasan Guru Belajar.

Tahun lalu begitu besar tantangan yang kita hadapi akibat dari pandemi COVID-19. Tahun 2021, pandemi belum usai tapi banyak pelajaran dari tahun sebelumnya yang bisa menjadi modal melakukan lompatan. Dan buahnya, tahun 2021 menjadi tahun awal kebangkitan.

Pandemi membuat banyak sekolah tidak bisa melangsungkan pembelajaran tatap muka. Guru dan kepala sekolah/madrasah dituntut melakukan lompatan perubahan, bukan saja dari sisi teknologi tapi juga sisi pedagogi.

Pada sisi teknologi, tuntutannya mengarah pada pilihan dan penggunaan aplikasi yang adaptif dan sesuai dengan kondisi murid dan akses di daerahnya. Pada sisi pedagogi, tuntutannya mengarah pada pilihan meninggalkan pendekatan kekuasaan untuk menggunakan pendekatan yang lebih memanusiakan hubungan, fokus pada konsep, memperkaya umpan balik, dan memberikan pilihan yang memberdayakan konteks.

Semakin jelas terlihat guru dan kepala sekolah/madrasah yang berkobar semangat merdeka belajarnya dengan guru dan kepala sekolah/madrasah yang tetap bertahan di zona nyaman.

Dan yang menggembirakan, mereka yang mempunyai semangat merdeka belajar tidak lah sedikit. Dari data program Guru Belajar dan Berbagi, setidaknya ada 35% guru yang belajar melakukan lompatan perubahan pendidikan selama pandemi.

Pada titik tersebut, Yayasan Guru Belajar yang telah menemani guru belajar sejak awal pandemi, Maret 2020, harus melakukan lompatan layanan selama tahun 2021.

Pada akhir 2020, kondisi keuangan yayasan sebenarnya ngepas, meski ada potensi di sana sini. Bila menjadikan kondisi keuangan sebagai acuan, Yayasan Guru Belajar akan cenderung pasif dan “main aman”. Sikap membiarkan guru dan kepala sekolah/madrasah kesulitan melakukan lompatan perubahan pendidikan.

Tapi bila pilihan itu yang diambil, berarti saya membiarkan yayasan yang saya pimpin mengkhianati misi yang tercermin pada namanya: guru belajar.

Alih-alih fokus pada kondisi keuangan, saya memilih memimpin yayasan fokus menjalankan misinya. Cari cara! Melakukan apa yang bisa dilakukan agar bisa menemani sebanyak mungkin guru belajar.

Ketika yang lain memilih berhenti sejenak, kami justru memilih terus berlari bersama, lebih banyak personel, lebih banyak guru, lebih banyak kepala dan pengawas sekolah/madrasah, dinas pendidikan, mitra perusahaan, donatur, organisasi keguruan, komunitas pendidikan, mitra teknologi, hingga pemerintah pusat. Bekerja bersama dengan siapa saja yang berkomitmen melakukan perubahan.

Dengan perkembangan yang ada, Yayasan Guru Belajar berdinamika yang akhirnya mengerucut pada penguatan 3 unit operasi.

Yayasan Guru Belajar saat ini mengelola 3 unit operasi yaitu Kampus Guru Cikal, Cerita Guru Belajar dan Kampus Pemimpin Merdeka. Kampus Guru Cikal memberi layanan pendidikan pada mahasiswa, calon guru dan guru. Cerita Guru Belajar memberi layanan publikasi karya dan peningkatan karier guru. Kampus Pemimpin Merdeka memberi layanan pendidikan pemimpin sekolah/madrasah serta pendampingan sekolah/madrasah.

Ketiga unit operasi tersebut mengalami kemajuannya masing-masing. Kampus Guru Cikal berhasil menemani guru melakukan perubahan pembelajaran melalui program Siap AN, Siap Berubah. Kampus Guru Cikal berhasil menjalankan program magang Kampus Merdeka berkolaborasi dengan berbagai sekolah di Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Timur, Banten dan Jakarta. Pelatihan Guru Merdeka Belajar yang sudah diikuti ribuan guru pada tahun sebelumnya, tahun ini bisa diikuti hampir seratus ribu guru. Silahkan pantau programnya di @KampusGuruCikal

Cerita Guru Belajar berhasil menerbitkan Surat Kabar Guru Belajar dan buku yang berisi praktik baik pembelajaran dan kepemimpinan. Temu Pendidik Nusantara juga mengalami peningkatan, jumlah pembicara maupun jumlah pesertanya (lebih dari 8000 peserta) dengan kegiatan campuran (sinkron dan asinkron) dari berbagai daerah dan bahkan negara lain. Cerita Guru Belajar juga berhasil menjalankan program Wardah Inspiring Teacher dengan lebih banyak peserta, dan menghasilkan lebih banyak karya. Silahkan pantau programnya di @GuruBelajarOrg.

Kampus Pemimpin Merdeka berhasil menjalankan program Sekolah Merdeka Belajar, dulu disebut Sekolah Lawan Corona, di 40 daerah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Daerah dan Kanwil Kemenag. Melalui Sekolah Merdeka Belajar, Kampus Pemimpin Merdeka melatih guru dan kepala sekolah dalam mempraktikkan pembelajaran dan kepemimpinan merdeka belajar. Kampus Pemimpin Merdeka juga mendampingi SMP Prawira Lembang bertransformasi dari sekolah abad ke-19 yang mengandalkan nilai angka menjadi sekolah abad ke-21 yang mengandalkan karya. Silahkan pantau programnya di @KampusPemimpinMerdeka.

Selain kiprah melalui 3 unit operasi, kami juga menjalankan sejumlah inisiatif strategis. Yayasan Guru Belajar berhasil mendampingi sejumlah pengawas sekolah/madrasah mendirikan Komunitas Pengawas Belajar, memfasilitasi pembentukan Lingkar Daerah Belajar sebagai forum bagi daerah berbagi praktik baik bekerjasama dengan Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan serta Semua Murid Semua Guru, dan bekerjasama dengan lebih dari 12 organisasi keguruan dan jaringan sekolah/madrasah.

Jangankan mengerjakan, membacanya saja sudah capek ya :))))

Suasana rapat pemimpin Yayasan Guru Belajar

Tiga pelajaran dari tahun 2021

Pertama, fokus pada misi, apa pun yang terjadi. Fokus pada misi terlihat mudah tapi kenyataannya sangat berat. Organisasi sosial skala kecil seringkali tergantung pembiayaannya pada pihak lain. Ketergantungan yang sering membuat organisasi sosial meninggalkan misi demi mengerjakan proyek. Tantangan serupa juga kami hadapi. Dengan keteguhan hati semua tim, pendiri, pembina, dan pengurus, kami bisa mempertahankan fokus pada misi.

Kedua, belajar setiap saat. Selama pandemi, lingkaran umpan balik untuk perbaikan program berjalan begitu cepat. Revisi dan penyesuaian program dilakukan untuk memastikan sebuah program sungguh-sungguh bisa menjawab kebutuhan komunitas. Dan namanya belajar, tidak pernah mudah. Butuh kekuatan sikap mental untuk siap tetap berada pada zona belajar. Semua belajar, bukan hanya anggota tapi juga jajaran pemimpinnya.

Ketiga, kolaborasi melampui batasan. Dalam ekosistem pendidikan, para pihak siap berkolaborasi tapi seringkali terbatas pada batasan-batasan yang membatasi. Ya ujungnya berinteraksi hanya dengan orang dan pihak yang sejalan saja. Di tengah situasi tersebut, sikap yang menyelamatkan adalah seterbuka mungkin dalam melakukan kolaborasi. Pangkas batasan, cari sebuah kesamaan untuk bergerak bersama melakukan perubahan pendidikan. Sikap yang membantu kami memahami pengawas, dinas pendidikan, kanwil kemenag maupun pihak lain yang seringkali dipersepsikan sulit buat diajak berkolaborasi.

Tiga tantangan pada tahun 2022

Pertama, menjaga konsistensi layanan. Personel Yayasan Guru Belajar pada awal 2020 hanya 5 orang, sekarang sudah mencapai 40 orang. Melejit 8 kali lipat justru pada saat pandemi. Pertanyaan pokoknya sudah jelas, bagaimana membiayai 40 personel tersebut pada tahun 2022 dan tahun-tahun mendatang. Karena tanpa mereka, bagaimana mungkin Yayasan Guru Belajar memberikan layanan.

Konsistensi berat karena kita seringkali membayangkan “mengerjakan kebiasaan lama”. Padahal kenyataannya, tantangan yang kita hadapi berubah ke depannya. Untuk konsisten, tidak bisa dengan mengerjakan kebiasaan lama, justru penting mencari terobosan agar tetap bisa menjalankan misi.

Kedua, mengelola kompleksitas. Semakin banyak personel memang meringkankan pekerjaan tapi pada sisi lain melahirkan kompleksitas koordinasi dan komunikasi antar personel. Koordinasi dan komunikasi 5 orang tentu berbeda dengan koordinasi dan komunikasi 40 orang. Di tengah sejumlah capaian, ada sejumlah lemah jenuh yang menghambat pergerakan yayasan. Karena itulah, pada akhirnya tahun ini, kami mengembangkan sebuah panduan merdeka bekerja sebagai pengembangan spirit merdeka belajar yang telah kami jalankan selama ini. Contohnya, tidak ada absensi, adanya refleksi.

Merdeka Bekerja adalah pola pengaturan pekerjaan yang memfasilitasi setiap orang berdaya melakukan pekerjaan yang komitmen pada tujuan, mandiri pada cara, dan reflektif, menggunakan Cara Kerja 5M dan terintegrasi digital dalam menjalankan misi organisasi dan misi personal untuk menghasilkan dampak pada komunitas yang mengacu pada teori perubahan. Ahaha ribet ya. Singkatnya, merdeka bekerja adalah kemerdekaan seseorang mengatur pekerjaannya agar berdampak pada komunitas.

Ternyata menantang, karena kebanyakan dari kita tidak dididik untuk mengurus sendiri tanggung jawab kita. Semuanya serba disuruh, didikte.

Ketiga, menjalankan peran baru sebagai penggalang filantropi (philanthropic intermediary). Dengan sejumlah dinamika yang terjadi, Yayasan Guru Belajar yang semula berperan sebagai pelaksana program perlu mengubah perannya agar bisa berdampak lebih luas. Dari diskusi dengan teman-teman Filantropi Indonesia terpercik gagasan tentang peran baru Yayasan Guru Belajar. Peran baru sebagai penggalang filantropi yang berperan menggalang dukungan yang dibutuhkan organisasi keguruan dan jaringan sekolah/madrasah untuk menghasilkan dampak perubahan pendidikan.

Mengapa peran penggalang filantropi penting dalam ekosistem pendidikan khususnya keguruan? Selama ini hampir semua pihak berperan sebagai pelaksana program yang hampir semua energinya habis untuk mengelola program, sehingga tidak ada energi untuk memikirkan aspek strategis dalam skala ekosistem. Akibatnya banyak program yang tampak berhasil secara jangka pendek (1-2 tahun) tapi tidak terlihat dampak dan keberlanjutan jangka panjangnya (5 – 10 tahun).

Sebuah situasi yang bisa menjadi salah satu penjelasan: mengapa krisis pembelajaran yang sudah terjadi dalam 15 tahun terakhir, bukan saja tidak berhasil diatasi, bahkan tidak berhasil menjadi fokus percakapan kita. Banyak anak menderita belajar di sekolah tapi percakapan kita masih bagaimana mengirim anak ke sekolah yang membuat mereka justru menderita belajar.

Selama dua tahun ini, Yayasan Guru Belajar telah bereksperimentasi menjalankan peran baru dalam 3 proyek berbeda. Tapi kan tidak semudah itu untuk meninggalkan sikap mental sebagai pelaksana program menjadi penggalang filantropi. Dari berpikir taktis dan teknis menjadi berpikir strategis. Dari fokus pada kebutuhan penerima manfaat menjadi fokus pada kebutuhan komunitas penggerak. Dari relasi jangka pendek menjadi relasi jangka panjang dengan lembaga donor (pemerintah, perusahaan maupun perorangan). Banyak lah PR-nya. Pekerjaam rumah di tahun 2022.

Silahkan simak perjalanan mengatasi 3 tantangan tersebut di @YayasanGuruBelajar.

Terima kasih tim YGB, mitra komunitas, mitra pemerintah, mitra perusahaan dan mitra donatur personal yang telah berjalan bersama selama tahun 2021. Mari kuatkan tekad untuk menghasilkan dampak yang lebih besar terhadap perubahan pendidikan.

Apakah Anda tertarik mengetahui lebih mendalam tentang Yayasan Guru Belajar? Apakah Anda merasa mempunyai kesamaan misi dengan Yayasan Guru Belajar?

Published by

Bukik Setiawan

Blogger

6 thoughts on “Yayasan Guru Belajar, Tantangan Baru 2022”

  1. Masya Allah. Luar biasa, fokus pada misi. Semoga semakin sukses dan membawa banyak manfaat di dunia pendidikan untuk terus bergerak menuju ke arah yg lebih baik. Terima kasih Yayasan Guru Belajar. Sya Karniti_KPB_ Pengawas Sekolah dari Kab. Pekalongan sangat mendapat banyak ilmu di masa pandemi covid-19 ini dari Yayasan Guru Belajar. Terus semangat dan Jaya untuk ke depannya.

  2. Kenapa ya, sering kali tulisan Pak Bukik nyambung dengan pertanyaan-pertanyaan di kepalaku? Terima kasih refleksinya Pak B, dari refleksinya aku belajar lagi. Untuk konsisten itu perlu aksi, tapi ngga bisa kalau aksinya yang konsisten itu-itu aja, sesuaikan dengan kondisi di depan sana.

Gimana komentarmu?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: