SOAR! Menuju The Living Company

Rata-rata usia harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia saat ini terendah di ASEAN antara lain….Demikian diungkapkan Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) Azrul Azwar. “UHH RI 65 tahun, sedang Brunei (76), Singapura (77), Malaysia (72), Thailand (72), Filipina (69) dan Vietnam (68),” katanya, usai rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta (http://situs.kesrepro.info/info/feb/2003/info01.htm).

Sungguh memprihatinkan nasib orang Indonesia. Bahkan dibandingkan dengan Vietnampun, warga kita kalah beruntung. Bicara soal keprihatinan, tunggu dulu. Ada data menarik tentang usia harapan hidup organisasi bisnis. Tebaklah sekenanya! Kira-kira berapa usia harapan hidup organisasi bisnis? Coba tebaklah sekenanya!
Saya kutip data dari buku The Living Company (Arie de Geus, 1997) :

  • Average life expectancy of all firms, regardless of size, measured in Japan and much of Europe, is only 12.5 years.
  • The average life span of a multinational organization – Fortune 500 or equivalent – is around 45 years.
  • One third of the companies listed in the Fortune 500 in 1970 for example, had disappeared by 1983 – acquired, merged or broken to pieces.

Masih tetap prihatin dengan nasib orang Indonesia? Mungkin sudah seharusnya kita prihatin. Tetapi juga sudah seharusnya kita prihatin dengan usia harapan hidup perusahaan kita. Bayangkan, usia harapan hidup perusahaan di Eropa dan Jepang saja hanya 12,5 tahun. Lalu bagaimana dengan perusahaan Indonesia?
Usia harapan hidup sebagaimana dipaparkan diatas mungkin saja wajar apabila kita melihat bahwa organisasi bisnis masih mempunyai usia relatif singkat dalam peradaban manusia, baru muncul sekitar 500 tahun. Selama rentang waktu itu, banyak organisasi bisnis lahir, tumbuh, berkembang dan juga mati. Bandingkan dengan kemunculan organisasi sosial-budaya maupun politik.
***
Apa sebenarnya yang ingin dicapai oleh sebuah perusahaan? Apa arti keberadaan sebuah perusahaan, bagi para anggotanya, bagi masyarakat? Tujuan-tujuan apa yang membuat sebuah perusahaan menjadi begitu penting?
Sebagai organisasi bisnis, wajar apabila sebagian besar kita menjawab: shared profit, omzet atau ROI. Wajar pula bila yang lain menjawab: kesejahteraan yang diberikan kepada kita. Tentunya ada keinginan semua itu didapatkan secara berkelanjutan, seumur hidup, bahkan sampai anak cucu kita. Air akan tetap ada ketika sumber airnya juga masih ada. Apapun, perusahaan kita harus hidup, bukan hanya bertahan hidup, juga tumbuh dan berkembang layaknya mahluk hidup. Sebuah living company.

Bagaimana menciptakan living company? Sebagaimana kata orang bijak, adillah sejak dalam hatimu. Living company dimulai dari intensi awal kita yang terwujud dalam aktivitas perencanaan strategis. Seluruh aktivitas perusahaan nantinya mengacu pada rencana strategis sebagai panduan dasar.
Jaman kita adalah jaman penuh ketidakpastian. Banyak resiko yang kita hadapi, baik alami maupun hasil tindakan manusia, yang belum pernah dihadapi oleh mereka sebelum jaman kita. Ketidakpastian ini meruntuhkan pijakan lama dalam menyusun rencana strategis, yaitu perencanaan berkenaan dengan prediksi terhadap masa depan. Sehingga, kita berambisi untuk menyusun peta perjalanan menuju masa depan yang diprediksikan. Peta perjalanan yang detil dan kondisi eksternal yang relatif stabil membuat persepsi anggota organisasi relatif sama. Rencana strategis dapat saja disusun oleh beberapa orang dan anggota yang lain melaksanakannya.

Ketidakpastian justru menuntut kita untuk menjadikan perencanaan sebagai bagian dari proses pembelajaran yang berkelanjutan. Seluruh stakeholder dituntut belajar jurus-jurus jitu untuk mengantisipasi perubahan baik secara demografi, sosial budaya, ekonomi, politik dan kompetisi global. Jurus yang mengungkap berbagai kemungkinan positif bagi perusahaan ditengah kesulitan yang dihadapi. Jurus untuk mewujudkan kesesuaian perusahaan dengan lingkungan sekitarnya.

Bagaimana perencanaan strategis dilakukan diperusahaan kita? Bagaimana visi perusahaan diciptakan? Oleh pihak direksi/manajemen? Atau melibatkan seluruh stakeholder? Apakah diciptakan melalui proses yang rasional dan terukur? Atau melalui sharing cerita yang melibatkan emosi positif? Bagaimana fungsi rencana strategis dalam aktivitas keseharian? Apakah sebagai sebuah peta detil yang HARUS dilakukan? Atau sebagai panduan melahirkan tindakan-tindakan inovatif dalam menjawab berbagai tantangan? Apakah rencana strategis menjadi suatu beban atau menjadi suatu tantangan yang menggairahkan? Apakah rencana strategis merealisasikan potensi setiap orang atau justru menata langkah setiap orang sesuai dengan jalur?

Bagaimana menciptakan visi perusahaan yang menggetarkan hati seluruh anggota sehingga seluruh tindakan mengacu pada visi tersebut? Bagaimana menjadikan setiap pihak dengan penuh antusiasme mengimplementasikan strategi perusahaan? Bagaimana perusahaan anda dapat berkonstribusi kepada kesejahteraan masyarakat dari generasi ke generasi? Klik di http://bukik.wordpress.com/. Cari tahu, pelajari dan sharing lebih lanjut mengenai perencanaan strategis dengan kerangka pikir baru.

Artikel pertama dari 3 artikel

Published by

Bukik Setiawan

Blogger

One thought on “SOAR! Menuju The Living Company”

  1. Memang apa yang diperlukan dalam memelihara sustainability sebuah organisasi diperlukan effort yang luar biasa, sehingga dapat dirasakan manfaatnya bagi anggota organisasi/perusahaan atau masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya. Salah satu effort tersebut adalah membuat perencanaan yang menyangkut apa dan bagaimana, hingga tercapai beberapa tujuan organisasi/perusahaan. Dalam membuat perencanaan strategis diperlukan sumberdaya yang memadai dan memiliki kompetensi yang cukup baik konsep maupun pengalaman-pengalaman empiris/best practise dari beberapa organisasi yang bisa dijadikan benchmarking bagi pengembangan organisasi dalam rangka kesinambungan sebuah organisasi/perusahaan.

Gimana komentarmu?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: