Saya terlibat Temu Pendidik Nusantara (TPN) sejak tahun kedua. Pada saat itu, saya mendapat tantangan, bagaimana pendidik dari berbagai daerah dapat saling berbagi praktik baik pembelajaran. Bagaimana ya caranya?
Konsep kunci pertama yang terpikir adalah inklusif. Praktik baik pembelajaran tidak boleh disekat-sekat. Disekat jenjang pendidikan. Disekat mata pelajaran. Disekat status satuan pendidikan. Disekat pendekatan yang diyakini. Bagaimana mungkin praktik pembelajaran menyebar bila tersekat?
Karena itu sejak awal, Temu Pendidik Nusantara menjadi panggung buat semua pendidik. Pendidik PAUD, dasar, menengah bahkan pendidikan tinggi. Pendidik kelas maupun mata pelajaran apa pun. Pendidik sekolah formal, non formal maupun informal. Pendidik di sekolah negeri, swasta maupun madrasah. Pendidik dari berbagai jaringan, berbasis agama, nasional, maupun pendekatan pendidikan tertentu.
Pada Temu Pendidik Nusantara, pendidik dari sekolah berbasis agama bisa berjumpa. Pendidik dari berbagai aliran bisa berdialog. Pendidik dari swasta maupun negeri bisa berinteraksi. Pendidik SMA dan SMK bisa saling belajar dari pendidik PAUD. Pendidik dari daerah bisa sama bangganya dengan pendidik dari kota.
Apa pun latar belakangnya, Anda diundang #BelajarDiTPNVII
Lalu apa yang menyatukan pendidik yang tampil di Temu Pendidik Nusantara? Semangat yang sama, semangat merdeka belajar yang ditandai dengan keberpihakan pada anak. Pendidik yang mengerahkan segenap daya upaya memfasilitasi pembelajaran yang menumbuhkembangkan anak.
Saya sih ingin dan sudah siap belajar di Temu Pendidik Nusantara VIII. Kapan Anda siap? Pasang twibbon di https://twb.nz/pesertatpnviii dan belajar bersama #1000pembicara dan 30 ribu peserta.
Masih penasaran? Saksikan video Ada Apa di Temu Pendidik Nusantara VIII ini. Apa komentar Anda?
