Mas, kamu kerja jadi fasilitator ya? | Iya | Ooo yang nyiapkan peralatan & ruangan workshop kan ya? | o o”
Saya beberapa kali menghadapi kesalahpahaman mengenai apa itu fasilitator yang serupa ilustrasi diatas. Pertanyaan yang mempersepsikan fasilitator sebagai orang yang menyiapkan fasilitas sebuah workshop atau kegiatan. Anggapannya, fasilitator itu berasal dari kata dasar fasilitas yang mendapat akhiran -or. “Capek deh…..”.
Fasilitator memang belum popular dibandingkan saudara-saudaranya seperti motivator, inspirator, atau trainer. Bahkan dikenalpun, fasilitator lebih dikenal di dunia organisasi sosial atau NGO. Dunia bisnis malah tidak mengenal peran fasilitator.
Apa sih fasilitator itu?
Kalau mengacu pada Wikipedia, ini pengertian fasilitator:
A facilitator is someone who helps a group of people understand their common objectives and assists them to plan to achieve them without taking a particular position in the discussion.
Sementara yang saya pelajari dari vibrant facilitation training dari Inspirit, fasilitator adalah pemudah cara. Iya, orang yang memudahkan sekelompok orang mengenali kekuatan dan menggunakannya untuk mencapai sasaran yang mereka impikan.
Mengapa fasilitator dibutuhkan?
Banyak pertemuan berlangsung secara tidak sehat. Hanya segelintir orang yang berbicara. Tujuan pertemuan tidak jelas. Terjebak pada perdebatan yang tidak selesai. Fokus pembicaraan yang melompat-lompat. Proses yang membosankan. Gagal melahirkan keputusan yang inovatif. Pernah merasakannya?
Tugas fasilitator adalah memperjelas tujuan pertemuan, merancang proses yang partisipatif, menyenangkan dan menarik, mengelola proses percakapan selama pertemuan dan mendorong kelompok untuk berani masuk dalam area kreatif.

Seorang manajer mengeluh mengenai kinerja kelompok kerjanya yang tidak bersemangat. Manajer tersebut kemudian berkonsultasi pada seorang fasilitator mengenai rencananya memanfaatkan pertemuan tahunan untuk melejitkan semangat kelompok kerjanya. Fasilitator mulailah bekerja. Fasilitator berdiskusi dengan manajer untuk memperjelas tujuan pertemuan dan hasil yang diharapkan.
Setelah itu, fasilitator akan merancang proses pertemuan yang terfokus pada tujuan pertemuan. Saat pelaksanaan, fasilitator menjalankan rancangan proses ini dan mengelola percakapan selama pertemuan. Bila diperlukan, fasilitator akan melakukan penyesuaian rancangan proses agar sesuai dengan kebutuhan peserta. Selama proses, fasilitator memotivasi peserta untuk berani keluar dari area nyaman dan masuk ke area kreatifnya.
Hasilnya? Proses pertemuan jadi pastisipatif, menyenangkan dan menarik. Hasil pertemuan jadi inovatif. Oleh karena itu, fasilitator bertanggung jawab melejitkan kreativitas kolektif.
Apa bedanya dengan trainer?
Trainer itu perannya mengajarkan sebuah pengetahuan/metode/teknik pada sekelompok orang. Ada proses transfer pengetahuan dari trainer kepada peserta sehingga peserta tahu dan mampu melakukan keterampilan baru. Kewenangan trainer pada isi dan proses pertemuan.
Fasilitator tidak mengajar Peserta belajar dari peserta yang lain bukan dari fasilitator. Kewenangan fasilitator hanya pada proses pertemuan, tidak boleh mempengaruhi isi percakapan dalam sebuah pertemuan. Isi percakapan merupakan kewenangan dari peserta pertemuan.

Trainer biasanya bertanggung jawab pada pembelajaran individual yang menghasilkan rencana aksi personal. Seorang peserta yang tidak mampu menjadi mampu melakukan penjualan dan menyusun rencana aksi sebagai seorang agen penjualan.
Fasilitator bertanggung jawab pada pembelajaran kolektif, lingkupnya bisa kelompok, unit kerja atau keseluruhan organisasi. Orang-orang diajak berbagi & merefleksikan pengalaman terbaik, menemukan inovasi dan membuat keputusan bersama. Fasilitator bertanggung jawab atas pembelajaran organisasi (organization learning).
Bila merasa adanya kebutuhan belajar individual pada anggota kelompok kerja, anda berarti butuh seorang trainer. Bila merasa adanya kebutuhan belajar bersama, anda berarti butuh fasilitator.
Mengapa organisasi membutuhkan seorang fasilitator?
Sayangnya, banyak pemimpin organisasi merasa tidak membutuhkan fasilitator. Mereka merasa bisa mengelola pertemuan. Mungkin dalam hatinya berkata, “Toh semuanya bawahan yang harus mengikuti perintah saya”. Sayangnya, anggota organisasi bukanlah robot yang mengikuti apa saja perintah atasan, tapi manusia yang mempunyai emosi dan aspirasi.
Kemungkinan yang akan terjadi, menjadi pertemuan yang membosankan, pertemuan menghasilkan keputusan biasa-biasa saja atau pertemuan menjadi ajang “perang terbuka”. Potensi pertemuan yang luar biasa menjadi tidak optimal dan bahkan seringkali tidak produktif.
Dengan kemampuan sebagai fasilitator, pertemuan menjadi proses pembelajaran yang menarik. Perencanaan adalah pembelajaran kolektif. Pengambilan keputusan adalah pembelajaran kolektif. Evaluasi adalah pembelajaran kolektif.
Apa yang menarik dari peran seorang fasilitator? Silahkan tulis pendapat anda di kolom komentar
Membaca ulasan mas bukik ini teringat memori vibrant training angkatan ke 9 di Bali…..hehehehe
Hahaha iya….kapan reuni?
Belum ada kabar, kita tunggu info dari sang master pemudah cara…..hehehehe
kalau pemimpin yang sekaligus berkarakter fasilitator boleh dong Pak tidak menggunakan jasa fasilitator?
Iya bisa juga sih. Tapi kadang pemimpin juga punya aspirasi yang ingin disampaikan, padahal sebagai fasilitator perannya netral
Perusahaan yang saya pimpin memberikan fasilitas beberapa LSM untuk membuat perpustakaan gratis di daerah pinggir kali ciliwung. Apakah program perusahaan itu termasuk fasilitator ? Terimakasih
Sama sekali bukan. Fasilitator adalah profesi seperti trainer atau coach. Bukan program
Apa ini hanya CSR saja ?
Iya, memberikan fasilitas perpustakaan pada masyarakat itu termasuk program CSR.
Terimakasih sudah berbagi mas, salam dari kami warga pinggir kali ciliwung.
Blognya keren, gan!
Salam kenal dan kalau sempat mampir sekalian mengundang untuk gabung dengan teman-teman lain yang sudah SUBMIT URL BLOG-nya di Direktori Weblog Indonesia
Profesi yg menarik karena memungkinkan untuk berkreasi dan belajar banyak hal dr sebanyak2 orang pada setiap saat.
Facilitation is art and science
Iya. Fasilitator itu yang melejitkan kreativitas kolektif….
saya di kntor hari hari memang berperan sebagai fasilitator… suka ke jepit… hehehhe
Lah kan enak kejepit *eh
Hehe iya harus pandai-pandai mengelola aspirasi dan kemungkinan konflik yang terjadi
Waahh.. aku baru ngeh dengan peran fasilitator ini mas. jadi kalau ada satu kelompok yg ingin membuat satu pertemuan untuk sharing gt ya perlunya fasilitaor bukan?
*memahamilagi*
Nice share pak.
Matur nuwun pak jadi paham sekarang
mencerahkan pak, maturnuwun
Susah jadi fasilitator.. Karena harus netral. Apalagi kalau fasilitasi client dengan ahensi. Hahaha.
apa beda yg signifikan antara fasilitator dan kepanitiaan? karena terkadang dalam kepanitiaan juga sebagai fasilitator atau yg memfasilitasi sebuah acara atau setidaknya sebagai yg mencari fasilitas untuk acara, nah bagaimana pak
Iya, orang sering salah kaprah……..fasilitator dianggap sebagai penyedia fasilitas. Bukan……