Dua minggu lalu Damai berlibur ke tempatku di Jakarta. Sesuai kesepakatan jauh-jauh hari karena terakhir Damai ke tempatku itu sudah 4 tahun yang lalu. Ke Jakarta ngapain? Gak ngapa-ngapain sih. Biar tahu kehidupan bapaknya
Selama di Jakarta, aku dan Damai sempat dua kali IG Live barengan. Menariknya, ada sebuah pertanyaan yang ditanyakan pada dua kali IG Live itu oleh dua orang yang berbeda. “Apa pernah Damai dimarahi bapaknya?”. Kira-kira apa jawabannya?
Damai menjawab, tidak pernah. Melihat bapaknya marah-marah pernah, tapi tidak pernah dimarahi bapaknya. Sambil menjawab kami bercerita pengalaman kami sejak Damai kecil. Memang tidak pernah. Padahal Damai sudah kelas 1 SMA ya :)))
Kok bisa gak marah sama anak? Kalau perilaku anak tidak sesuai harapan, apa tidak marah? Ya memang sulit buat tidak marah, apalagi tidak marah ketika perilaku anak tidak sesuai harapan. Tapi ya begitulah….aku sendiri sulit menjelaskan kenapa gak pernah marah ke Damai. Itu mungkin yang namanya cinta ya
Lalu bagaimana bila perilaku Damai tidak sesuai harapan? Ngobrol. Bukan menasihati, bukan menceramahi. Ngobrol. Tanya, mendengar, tanya, klarafikasi, mendengar, tanya lagi. Begitu terus berulang sampai mendapatkan pemahaman bersama.
Tapi itu aku cuma bisa terhadap Damai ya. Ke orang lain ya beda lagi. Bisa berapi-api
Saya sangat bangga punya Bapakku yang tak pernah marah padaku
Kayaknya lebih ke karakter mas yang memang lemah lembut dan santun kali ya mas. Saya ada teman dekat juga saudara yang seperti itu juga, sabarnya ke putra-putri mereka itu kayak tidak terukur. Hasilnya, ketika putri-putrinya berbuat kesalahan, maka anak2 tersebut akan kayak enggak enak hati sendiri lantaran tidak dimarahi orangtuanya.